

NRA GROUP
Beranda Haji dan Umrah Indonesia

KEPUTUSAN ALLAH ADALAH YANG TERBAIK

KEPUTUSAN ALLAH ADALAH YANG TERBAIK
"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu".
(QS. Al-Baqarah: 216)
Ayat ini merupakan kaidah yang agung yang dapat mempengaru hi kehidupan mereka
yang mau menghayatinya dan mengamalkannya. Kaidah ini memiliki hubungan yang
sangat erat dengan salah satu prinsip- prinsip keimanan yang agung, yaitu iman
kepada qadha dan qadar. Kaidah itu adalah firman Allah dalam surat Al-Baqarah
tentang kewajiban berjihad di jalan Allah, yaitu;
"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu". (QS. Al-Baqarah: 216).
Kebaikan di dalam ayat di atas masih bersifat global yang dispesifikasi firman Allah
dalam surat An-Nisa dengan latar konteks perceraian. Allah Ta'ala berfirman "Jika
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya. (QS. An-Nisa : 19).
Firman Allah, “kebaikan yang banyak. adalah penafsir dan penjelas kata
"kebaikan"...pada ayat di dalam surat Al-Baqarah di atas.
***
Sebagai informasi, Al Baqarah merupakan surat terpanjang dalam Al Qur’an. Surat
ini turun di kota Madinah, ketika Nabi Muhammad SAW telah berhijrah dari Mekkah.
Mayoritas isi Surat Al Baqarah berisikan kisah mengenai Bani Israil dan berbagai
perintah dan larangan Allah SWT kepada hamba-Nya.
Di dalam perjalanan umrah dan haji, jamaah akan berkunjung ke Madinah, sehingga
dapat secara langsung mengamati titik lokasi tempat turunnya beberapa ayat dalam
Surat Al Baqarah ini.
***
Makna Kaidah
Suatu saat manusia pasti tertimpa suatu ujian pahit yang menyakitkan dan tidak
dinginkannya, lalu ia mengeluh dan sedih, bahkan terkadang ia merasa bahwa ujian
itu telah menghancurkan seluruh kehidupannya. Tetapi tanpa ia sadari ujian itu
berubah menjadi suatu kebaikan.
Sebaliknya, banyak orang yang berusaha menggapai sesuatu yang kelihatannya baik.
Ia mati-matian mendapatkannya dan mengorbankan apapun yang ia miliki demi
terwujudnya impian itu. Tetapi tanpa disadari hal itu tidak sesuai dengan apa yang ia
harapkan.
Jika kamu menghayati kedua ayat di atas maka kamu akan menemukan bahwa ayat
yang pertama yang berlatar konteks kewajiban berjihad- berbicara tentang luka fisik
yang mungkin mengenai tubuh orang yang turun di medan perang. Sementara ayat
kedua -yang berlatar konteks penceraian- berbicara tentang luka psikis yang menerpa
pasangan suami istri yang bercerai.
Secara umum, jika kamu mengamati ayat tentang jihad maka ayat itu berbicara
mengenai ritual ibadah. Dan jika kamu menghayati ayat surat An-Nisa maka ayat
tersebut mengatur interaksi sosial. Jadi, di hadapan kita ada kaidah yang mencakup
semua aspek, baik aturan ritual atau interaksi sosial, fisik maupun psikis. Inilah
kondisi yang senantiasa menyertai umat manusia secara pasti. Seorang penyair
mengatakan;
Dunia dicipta dalam kondisi kotor, tapi kamu menginginkannya bersih dari penyakit
dan kotoran.
Dalam hal ini yang lebih tandas adalah firman Allah Ta'ala,
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah". (OS. Al-Balad: 4)
Jika ini dipahami, maka sesungguhnya menerapkan kaidah Al-Quran dalam
kehidupan dapat menjadikan hati tenang, nyaman dan jauh dari keresahan dan
kesedihan yang senantiasa menerpa kehidupan banyak kalangan karena satu situasi
atau ujian yang menyakitkan.
Andai kita mau membolak-balik kisah-kisah dalam Al-Qur an, lembaran-lembaran
sejarah, atau menganalisa realita yang ada, niscaya kita temukan pelajaran-pelajaran
dan bukti-bukti yang sangat banyak. Di sini kami akan mengangkat sebagiannya saja
yang dapat mewakili semua nya:
1. Kisah Ibu Nabi Musa Alaihissalam yang membuang anaknya ke laut. Jika
kamu lihat betapa kecemasan dan ketakutan yang luar biasa menghinggapi
saat mengetahui anaknya berada di tangan keluarga raja Fir'aun. Tetapi, tanpa
dia sangka tragedi itu berbuah manis dikemudian hari. Ini tergambar
dipenghujung ayat dalam kaidah diatas, "Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui". (QS. Al-Baqarah: 216).
2. Perhatikan dengan seksama kisah hidup Nabi Yusuf Alaihissalam maka
kamu akan temukan bahwa kaidah ini cukup menggambarkan drama
mengharukan antara Nabi Yusuf dan sang ayah, Nabi Ya'qub Alaihimassalam.
3. Lihatlah kisah bocah laki-laki yang dibunuh ole Nabi Al-Khidhir atas
perintah langsung dari Allah, maka Al-Khidhir mengajukan alasan dengan
kata-katanya yang diabadikan di dalam Al-Quran, "Dan adapun anak muda
(kafir) itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan
memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran, Kemudian
kami menghendaki, se-kiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang
anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang
(kepada ibu bapaknya)". (QS. Al-Kahfi: 80-81)
4. Di sini kita harus merenung sejenak dan Dertanya-lanya, betapa banyak
orang-orang yang tidak dikaruniai momongan merasa resah dan gelisah.
Sebenarnya hal ini manusiawi, tetapi tidak sepantasnya ia terpuruk dalam
kegalauan tak berujung yang dapat menghabisi masa depannya. Andai orang
yang belum dikaruniai anak menghayati ayat di atas, bukan untuk
menghilangkan keresahannya saja, tetapi agar ia memperoleh ketenangan
jiwa dan kelapangan dada. Andai ia melihat ujian itu dengan kacamata
anugerah dan Allah mencurahkan anugerah ini karena kasih sayang yang
besar kepadanya, karena ia tidak tahu; mungkin jika ia diberi anak maka anak
itu akan menyebabkan celaka untuk kedua orang tuanya, membuat derita dan
mencoreng nama baik keduanya. Sebelum perang Badar berkecamuk, Al-Qur'an
lebih dulu mengajari kaidah ini kepada kaum muslimin. Allah Ta'ala
berfirman, "Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu
(berperang) dengan kebenaran, meskipun sesungguhnya sebagian dari orang-
orang yang beriman itu tidak menyukainya. Mereka membantahmu
(Muhammad) tentang kebenaran setelah nyata (bahwa mereka pasti menang),
seakan-akan mereka digiring menuju kematian, sedang mereka melihat
(sebab kematian itu)". (QS. Al-Anfal:5-6). Betapa banyak Allah
mencurahkan kebaikan, kemuliaan dan kehormatan kepada kaum muslimin
setelah perang Badar yang sebelumnya opsi perang itu tidak disukai oleh
para sahabat.
5. Di dalam hadits terdapat banyak sekali contoh terkait kaidah di atas. Di
antaranya adalah ketika Abu Salamah, suami Ummu Salamah meninggal
dunia, maka Ummu Salamah Radhiyallahu Anha berkata, "Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Tiada seorang muslim
yang ditimpa musibah, lalu ia mengucapkan doa yang diperintahkan oleh
Allah ; "Sesungguhnya kami milik Allah dan kami akan kembali kepada-
Nya. Ya Allah, limpahkan pahala kepadaku atas musibah yang menimpaku
dan berikanlah gantinya yang lebih baik.' Kecuali Allah akan memberi
gantinya yang lebih baik'. Ummu Salamah berkata, "Ketika Abu Salamah
meninggal dunia aku bertanya, "Siapa di antara seorang mukmin yang lebih
baik dari Abu Salamah?! Siapakah penghuni rumah yang pertama kali hijrah
kepada Rasulullah?! Kemudian aku mengucapkan doa di atas. Lalu Allah
menggantikannya dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. (HR.
Muslim). Renungkanlah perasaan yang mengharu biru Ummu Salamah saat
kehilangan orang yang tercinta. Perasaan seperti senantiasa menghampiri
setiap wanita yang ditinggal oleh seseorang yang paling berarti bagi dirinya,
"Laki-laki mana yang lebih baik darinya?!'. Ketika Ummu Salamah
menjalankan apa yang diperintah untuk dilakukan saat menerima musibah;
bersabar, membaca istirja' (kalimat innalillahi wa inna ilaihi raji'un) dan
mengucapkan doa di atas, maka Allah menggantinya dengan yang terbaik
yang tidak ia bayangkan sebelumnya. Jadi, wanita muslimah tidak mesti
kebahagiaannya terbatas atau terpancar dari satu pintu dari beberapa pintu
kehidupan. Benar, bahwa kesedihan yang datang mendadak tidak dapat
dihindari, bahkan oleh seorang nabi sekalipun!. Tetapi sesuatu yang tidak
boleh terjadi adalah terbatasnya kebahagiaan atau kehidupan pada satu warna
saja, atau ditautkan dengan satu orang atau satu guru saja.
6. Dalam realitas kehidupan terdapat banyak cerita yang menjadi contoh konkrit
kaidah di atas. Saya akan mengangkat satu saja, Suatu saat seseorang tiba di
bandara. Dia terlihat sangat capek dan payah, maka kantuk pun tak sanggup
ditangkalnya sampai pesawat dengan banyak penumpang lepas landas
meninggalkannya. ketika ia terbangun dan mengetahui bahwa pesawat yang
seharusnya ia tumpangi telah lepas landas jauh darinya, dan ia gagal pergi,
maka iaa sedih, menyesal dan marah. Hanya beberapa menit berselang
terdengar berita yang memberitahukan bahwa pesawat yang barusan lepas
landas jatuh dan semua penumpangnya tewas terpanggang di dalamnya.
Pertanyaannya, bukankah kantuknya dan juga batal perjalanannya
menyelamatkan nyawa laki-laki itu?!' Lalu, di manakah orang-orang yang
mau mengambil pelajaran dari semua kejadian yang berseliweran di
depannya?! Inti semua ini adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang
penyair, Seseorang seharusnya berusaha sekuat tenaganya mendapatkan
kebaikan , Tetapi, ia tidak akan bisa menetapkan keberhasilannya
Seseorang harus berserah diri kepada Allah secara total setelah bersungguh-sungguh
melakukan segala hal yang menjembatani kesuksesannya. Jika di kemudian hari
hasilnya tidak sesuai yang diimpikan maka hendaknya menghadirkan kaidah Al-Qur'an yang mulia ini,
"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik
bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS. Al-Baqarah: 216).
la juga harus sadar bahwa termasuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya
adalah Dia menimpakan perbagai macam musibah, cobaan hidup, perintah dan
larangan-Nya yang sangat berat kepada hamba-Nya dengan tujuan menuntun mereka
menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya.
Termasuk kasih-Nya yang agung adalah Dia tidak menjadikan kehidupan umat
manusia bergantung secara total kecuali kepada-Nya, sehingga kehilangan satu hal
bisa diganti secara penuh, atau sebagiannya saja.
Setiap sesuatu jika kamu hilangkan pasti ada penggantinya Tetapi, jika kamu menyia-
nyiakan Allah maka tiada ganti-Nya.
Sala satu cara memaknai hakikat kehidupan adalah mengunjungi ketiga kota suci,
yaitu Mekkah, Madinah, dan Masjidil Al Aqsha di Palestina. Di ketiga kita suci ini,
kita dapat menyelami hakikat kehidupan. Khususnya pelajaran yang bisa kita ambil
dari kisah kehidupan para Nabi dan Rasul Allah SWT.
Semoga kita semua mampu memenuhi panggilan Allah SWT untuk berkunjung ke
Mekkah dan Madinah. NRA Tour and Travel selaku biro perjalanan umrah dan haji
terbesar di Indonesia, siap mengantar Anda beribadah dan bermunajat di tanah suci.
Insya Allah
#garudaumrahtravelfair2025
#umrah
#umrahbersamanra
#umrahplus
#umrah2025